Secara bahasa, dzikir berasal dari kata dzakara, yadzkuru, dzukr/dzikr yang artinya perbuatan dengan lisan (menyebut, menuturkan, dan mengatakan) dan dengan hati (mengingat dan menyebut). Menurut Syekh Abu Ali ad-Daqqaq, dzikr adalah tiang penopang yang sangat kuat atas jalan menuju Allah SWT.

فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah ayat 10)

Lafal Zikir Pendek

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

“Maha Suci Allah, aku memujiNya.”

Kalimat tasbih dapat menghapuskan segala dosa apabila dibaca sebanyak 100 kali. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengucapkan subhanallah wabihamdihi seratus kali dalam sehari, ia akan diampuni segala dosanya sekalipun dosanya itu sebanyak buih di laut.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Lafal Zikir Dua Kalimat yang Ringan di Lisan, Berat di Timbangan

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat di timbangan, dan disukai Ar-Rahman yaitu” Subhanaallah wa bi hamdih, Subhanallahil’azhim”(Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694).

Dalam Muqaddimah Al Fath, Ibnu Hajar menjelaskan keutamaaan hadits yaitu  “dua kalimat” adalah untuk memotivasi berdzikir dengan kalimat yang ringan. Maksud “dua kalimat yang dicintai” adalah untuk mendorong orang berdzikir karena dzikir tersebut dicintai Allah SWT. Maksud “dua kalimat ringan” adalah untuk memotivasi untuk beramal. Maksud “dua kalimat yang berat di timbangan” adalah menunjukkan besarnya pahala.

Lafal Zikir Paling Utama

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dzikir yang paling utama adalah laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah).” (HR. Tirmidzi, ia menyatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 3383. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan].

Faedah dari hadits tersebut ada 2 yaitu sebaik-baiknya dzikir adalah kalimat tauhid, laa ilaha illlallah dan di dalam kalimat tauhid tersebut terdapat kandungan makna dzikir lainnya seperti makna tasbih, tahmid, takbir, dan bentuk pengaagungan terhadap Allah.

Lafal Zikir Memuji Kebesaran Allah SWT

سُبْحَانَ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Maha Suci Allah, Segala Puji bagi Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.”

Dengan membaca dzikir secara rutin, banyak sekali keutamaan yang didapat oleh umat muslim, diantaranya yaitu ampunan dosa, Janji Allah akan selamat dari siksaan api neraka, wajah yang berseri di hari kiamat, dan masih banyak lagi keutamaan lainnya.

Dari Abu Darda RA berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Maukah aku beritahukan sebaik-baik perbuatan, lebih bersih dan suci di hadapan Tuhan kalian dan lebih tinggi derajatnya, dan lebih bik dari berinfaq dengan emas dan perak, bahkan lebih baik dari kalian berjumpa dengan musuh lalu kalian penggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian (sahid)?’ Mereka berkata: ‘Tentu!’ Nabi bersabda : ‘Zikir kepada Allah.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Selain itu. Dalam sebuah Dalam sebuah hadis dari Syaddad bin Aus RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya; “Barangsiapa mengucapkan zikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum sore hari, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati sebelum shubuh, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR Bukhari).



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *